15 Desember 2009

motivasi untuk jadi yang terbaik

Dalam sebuah keluarga pasti saja ada masalahnya. Baik itu berasal dari dalam maupun berasal dari luar. Mustahil ada orang yang tidak pernah mempunyai masalah.. di sini, saya akan bercerita sedikit tentang kehidupan saya. Khususnya yang berhubungan dengan teori motivasi yang ada.

Keluarga saya terdiri dari lima orang. Ayah, ibu, kakak, saya dan adik saya. Tetapi di rumah saya juga tinggal kakak dari ibu saya. Bisa dibilang om saya. Karena ia belum berkeluarga, maka dari itu ia tinggal bersama kami. Dikeluarga saya semuanya masih sekolah. Kakak, saya dan adik saya. Ayah saya adalah seorang karyawan swasta. Sedangkan ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga. Gaya hidup keluarga kami pun sangat sederhana.
Namun, jalan hidup kami tidak selamnya lancar – lancar saja. Di sini, ayahnya saya kurang peduli sama keluarganya. Beliau begitu acuh terhadap anak – anaknya. Bahkan dengan urusan sekolah pun beliau tidak mau tahu. Entah kenapa beliau seperti itu,. Atau memang sifatnya seperti itu, saya tidak tahu dan tidak mengerti.
Dengan sikap beliau yang seperti itu, selama ini urusan sekolah saya dan saudara-saudara saya dibantu oleh om saya yang merupakan kakak dari ibu saya. Ia begitu sayang sama kami. Bahkan melebihi ayah saya sendiri. Semua kebutuhan sekolah pun ia yang penuhi. Apa pun akan diusahakan olehnya demi kesuksesan kami.

Kadang saya dan saudara- saudara saya merasa sangat kecewa dengan sikap dari ayah saya. Kenapa justru orang lain yang lebih peduli dari pada ayah sendiri.. terkadang saya suka iri dengan teman-teman saya yang sangat diperhatikan oleh ayah mereka.. selain itu, saya juga kecewa dengan beliau, kenapa disaat kami butuh dukungan moril, beliau tidak pernah ada untuk mensupport. Padahal keluarga kami sagat dibedakan sekali oleh keluarga dari ayah saya. Bukannya beliau mensupport malah sebaliknya.
Beruntung saya masiih punya om yang peduli sama kami. Walaupun dalam hati kecil ini masih sangat mengharapkan perubahan dari ayah saya.

Tapi, dengan sikap beliau yang seperti itu, saya dan saudara-saudara saya sangat berusaha sekali untuk bisa menjadi orang yang sukses. Kami ingin memberikan yang terbaik untuk keluarga kami, terutama untuk om kami yang telah banyak berkorban demi kami. Kami tidak akan mengecewakan beliau. Bahkan rasa sayang kami jauh lebih besar kepadanya dibandingkan kepada ayah kami sendiri. Entah benar atau salah sikap kami. Sekarang kami hanya akan berusaha memberikan yang terbaik untuk mereka. Dan kami akan buktikan pada mereka yang selama ini telah menganggap rendah keluarga kami. Kami akan tunjukkan bahwa kami bisa jauh lebih baik dari mereka..
terima kasih untuk om, karena berkat om kami bisa jadi yang terbaik.. terima kasih atas dukungan dan supportnya selama ini.. kami janji akan memberikan yang terbaik untuk kalian…

Demikian, sedikit tentang kehidupan saya. Dalam cerita saya ini, saya menghubungkannya dengan teori motivasi psikhologis yaitu ego bolstering motivation. Yang artinya motivasi untuk mengembangkan kepribadian, berprestasi, dll.

6 komentar:

  1. KEUTAMAAN BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA DAN PAHALANYA


    Di Antara Fadhilah (Keutamaan) Berbakti Kepada Kedua Orang Tua:


    Pertama, bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah amal yang paling utama.
    Dengan dasar diantaranya yaitu hadits Nabi -shollallohu 'alaihi wa sallam- yang disepakati oleh al-Bukhori dan Muslim, dari shohabat 'Abdulloh bin Mas'ud -rodhiyallahu 'anhu-:

    <> Dari 'Abdulloh bin Mas'ud katanya: Aku bertanya kepada Nabi -shollallohu 'alaihi wa sallam- tentang amal-amal yang paling utama dan dicintai Alloh. Nabi -shollallohu 'alaihi wa sallam- menjawab, “Pertama; sholat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan sholat di awal waktunya). Kedua; berbakti kepada kedua orang tua. Ketiga; jihad di jalan Alloh.” [Hadits. Diriwayatkan oleh al-Bukhori (I/134), Muslim (no.85), Fath al-Bari (2/9)]

    Dengan demikian jika ingin kebajikan harus didahulukan amal-amal yang paling utama di antaranya adalah birrul-walidain (berbakti kepada kedua orang tua).

    BalasHapus
  2. Kedua, bahwa ridho Alloh tergantung kepada keridhoan orang tua.

    Dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhori dalam Adab al-Mufrod, Ibnu HIbban, al-Hakim dan al-Imam at-Tirmidzi dari shohabat 'Abdillah bin Amr dikatakan:

    <> Dari 'Abdillah bin Amr bin al-'Ash -rodhiyallohu 'anhuma- dikatakan bahwa Rosululloh -shollallohu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Ridho Alloh tergantung kepada keridhoan orang tua dan murka Alloh tergantung kepada kemurkaan orang tua.” [Hadits. Diriwayatkan oleh al-Bukhori dalam Adab al-Mufrod (2), Ibnu Hibban (2026-Mawarid-), at-Tirmidzi (1900) dan al-Hakim (4/151-152)]

    BalasHapus
  3. Ketiga, bahwa berbakti kepada kedua orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami yaitu dengan cara ber-tawasul dengan amal sholih tersebut.

    Dengan dasar hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dari Ibnu Umar:

    <> Rosululloh -shollallohu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Pada suatu hari tiga orang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka ada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi pintu gua. Sebagian mereka berkata pada yang lain: ‘Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu lakukan!’ Kemudian mereka memohon kepada Alloh dan ber-tawassul melalui amal tersebut, dengan harapan agar Alloh menghilangkan kesulitan tersebut. Salah satu diantara mereka berkata: ‘Ya Alloh, sesungguhnya aku mempunyai kedua orang tua yang sudah lanjut usia sedangkan aku mempunyai istri dan anak-anak yang masih kecil. Aku mengembala kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kepada kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari aku harus berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang telah larut malam dan aku dapati kedua orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang, lalu aku mendatangi keduanya namun keduanya masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek-rengek menangis untuk meminta susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan memberikan kepada siapa pun sebelum susu yang aku perah ini kuberikan kepada kedua orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai keduanya bangun. Pagi hari ketika orang tuaku bangun, aku berikan susu ini kepada keduanya. Setelah keduanya minum lalu kuberikan kepada anak-anaku. Ya Alloh, seandainya perbuatan ini adalah perbuatan yang baik karena Engkau ya Alloh, bukakanlah!’ Maka batu yang menutupi pintu gua itupun bergeser.” [Hadits. Dirwayatkan oleh al-Bukhori (Fath al-Bari (4/449 no. 2272)), Muslim (2473) (100) bab Qishshoh Ashabil Ghor ats-Tsalatsah wat-Tawasul bi Sholihil-A'mal]
    Ini menunjukkan bahwa perbuatan berbakti kepada kedua orang tua yang pernah kita lakukan, dapat digunakan untuk ber-tawassul kepada Alloh ketika kita mengalami kesulitan, insya Alloh kesulitan tersebut akan hilang. Berbagai kesulitan yang dialami seseorang saat ini diantaranya karena perbuatan durhaka kepada kedua orang tuanya.
    Kalau kita mengetahui, bagaimana beratnya orang tua kita telah bersusah payah untuk kita, maka perbuatan 'Si Anak' yang 'bergadang' untuk memerah susu tersebut belum sebanding dengan jasa orang tuanya ketika mengurusnya sewaktu kecil. 'Si Anak' melakukan pekerjaan tersebut tiap hari dengan tidak ada perasaan bosan dan lelah atau yang lainnya. Bahkan ketika kedua orang tuanya sudah tidur, ia rela menunggu keduanya bangun di pagi hari meskipun anaknya menangis. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan kedua orang tua harus didahulukan daripada kebutuhan anak kita sendiri dalam rangka berbakti kepada kedua orang tua.

    BalasHapus
  4. Bahkan dalam riwayat yang lain disebutkan berbakti kepada orang tua harus didahulukan dari pada berbuat baik kepada istri sebagaimana diriwayatkan oleh 'Abdulloh bin 'Umar -rodhiyallahu 'anhuma- ketika diperintahkan oleh bapaknya ('Umar bin al-Khoththob) untuk menceraikan istrinya, ia bertanya kepada Rosululloh -shollallohu 'alaihi wa sallam- dan Rosululloh -shollallohu 'alaihi wa sallam- menjawab,

    “Ceraikan istrimu!” [Hadits. Diiwayatkan oleh Abu Dawud (no. 5138) dan at-Tirimidzi (no. 1189). Ia (at-Tirmidzi) berkata, “Hadits hasan shohih”]

    Dalam riwayat 'Abdulloh bin Mas'ud -rodhiyallahu 'anhu- yang disampaikan sebelumnya disebutkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua harus didahulukan daripada jihad di jalan Alloh Subhanahu wa Ta'ala. Begitu besarnya jasa kedua orang tua kita, sehingga apapun yang kita lakukan untuk berbakti kepada kedua orang tua tidak akan dapat membalas jasa keduanya. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhori disebutkan bahwa ketika shohabat 'Abdullah bin 'Umar -rodhiyallahu 'anhuma- melihat seseorang menggendong ibunya untuk tawaf di Ka'bah dan ke mana saja 'Si Ibu' menginginkan, orang tersebut bertanya kepadanya, “Wahai 'Abdulloh bin 'Umar, dengan perbuatanku ini apakah aku sudah membalas jasa ibuku?” Jawab 'Abdullah bin 'Umar -rodhiyallahu 'anhuma-, “Belum, setetespun engkau belum dapat membalas kebaikan kedua orang tuamu.” [Shohih al-Adab al-Mufrod (no.9)]

    BalasHapus
  5. Orang tua kita telah megurusi kita mulai dari kandungan dengan beban yang dirasakannya sangat berat dan susah payah. Demikian juga ketika melahirkan, ibu kita mempertaruhkan jiwanya antara hidup dan mati. Ketika kita lahir, ibu lah yang menyusui kita kemudian membersihkan kotoran kita. Semuanya dilakukan oleh ibu kita, bukan oleh orang lain. Ibu kita selalu menemani ketika kita terjaga dan menangis baik di pagi, siang atau malam hari. Apabila kita sakit tidak ada yang bisa menangis kecuali ibu kita.

    Sementara bapak kita juga berusaha agar kita segera sembuh dengan membawa ke dokter atau yang lain. Sehingga kalau ditawarkan antara hidup dan mati, ibu kita akan memilih mati agar kita tetap hidup. Itulah jasa seorang ibu terhadap anaknya.


    Keempat, dengan berbakti kepada kedua orang tua akan diluaskan rizqi dan dipanjangkan umur.

    Sebagaimana dalam hadits yang disepakati oleh al-Bukhori dan Muslim, dari shohabat Anas -rodhiyallahu 'anhu- bahwa Nabi -shollallohu 'alaihi wa sallam- bersabda:

    <> “Barangsiapa yang suka diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia menyambung tali silaturohim.” [Hadits. Dirwayatkan oleh al-Bukhori (7/72), Muslim (2557) dan Abu Dawud (1693)]

    BalasHapus
  6. Dalam ayat-ayat Al-Qur'an atau hadits-hadits Nabi -shollallohu 'alaihi wa sallam- dianjurkan untuk menyambung tali silaturohim. Dalam silaturohim, yang harus didahulukan silaturohim kepada kedua orang tua sebelum kepada yang lain. Banyak diantara saudara-saudara kita yang sering ziaroh (berkunjung) kepada teman-temannya tetapi kepada orang tuanya sendiri jarang bahkan tidak pernah. Padahal ketika masih kecil ia selalu bersama ibu dan bapaknya. Tapi setelah dewasa, seakan-akan ia tidak pernah berkumpul bahkan tidak kenal dengan kedua orang tuanya. Sesulit apapun harus tetap diusahakan untuk bersilaturohim kepada kedua orang tua. Karena dengan dekat kepada keduanya, insya Alloh akan dimudahkan rizqi dan dipanjangkan umur.

    Sebagaimana dikatakan oleh al-Imam an-Nawawi bahwa dengan silaturohim akan diakhirkannya ajal dan umur seseorang.1 Walaupun masih terdapat perbedaan dikalangan para ulama' tentang masalah ini, namun pendapat yang lebih kuat berdasarkan nash dan zhohir hadits ini bahwa umurnya memang benar-benar akan dipanjangkan.


    Kelima, manfaat dari berbakti kepada kedua orang tua ialah akan dimasukkan ke jannah (surga) oleh Alloh Subhanahu wa Ta'ala.

    Di dalam hadits Nabi -shollallohu 'alaihi wa sallam- disebutkan bahwa anak yang durhaka tidak akan masuk surga. Maka kebalikan dari hadits tersebut yaitu anak yang berbuat baik kepada kedua orang tua akan dimasukkan oleh Alloh Subhanahu wa Ta'ala ke jannah (surga).
    Dosa-dosa yang Alloh Subhanahu wa Ta'ala segerakan adzabnya di dunia diantaranya adalah berbuat zholim dan durhaka kepada kedua orang tua. Dengan demikian jika seorang anak berbuat baik kepada kedua orang tuanya, Alloh Subahanahu wa Ta'ala akan menghindarkannya dari berbagai malapetaka, dengan izin Alloh.

    _______________________
    Foote Note:
    1 Riyadh ash-Sholihin (hadits no. 319), karya an-Nawawi.
    _______________________


    http://www.myquran.org/forum/archive/index.php/t-7266.html


    Sumber:
    Kitab Birr al-Walidain [edisi Indonesia: Berbakti Kepada Kedua Orang Tua. Oleh al-Ustadz Yazid bin 'Abdul-Qodir Jawas. Cetakan: Darul-Qolam], dengan sedikit gubahan.

    BalasHapus